Perbedaan Orang Pintar dengan Berkarakter

Orang-orang berkarakter yang mempertahankan idealisme dan menjunjung tinggi moral-etika, jarang kita temui. Orang-orang seperti ini tidak dikehendaki pihak penikmat status quo. Sehingga manusia berkarakter ditolak dan disingkirkan dari sistem yang telah ada. Di lembaga pendidikan dan partai politik bisa dijadikan contoh minimnya ruang bagi manusia berkarakter. Mereka yang bisa masuk sistem ini adalah orang-orang yang patuh dan menuruti kehendak atasannya. Terlepas baik tidaknya keinginan atasan. Makanya, lembaga pendidikan dan partai politik seringkali menjadi rumah ataupun kendaraan keluarga.
Para penguasa dan pejabat di negeri ini merupakan produk pendidikan masa lalu. Artinya, ketika penguasa dan pejabat masih gemar melakukan korupsi, berarti ada yang salah dalam dunia pendidikan kita. Pendidikan telah gagal membentuk generasi berkarakter. Tampaknya hingga hari ini sistem pendidikan kita tidak jauh berubah dari zaman sebelumnya. Justru lebih parah, sistem pendidikan telah berorientasi pasar. Tidak akan mungkin bisa menghasilkan generasi berkarakter dari sistem pendidikan pasar.
Segala kebijakan sesat yang menghambat lahirnya generasi berkarakter sudah saatnya dihentikan. Kita punya cermin, yakni filosofi pendidikan dan konstitusi, untuk membuat kebijakan-kebijakan pendidikan yang pro-rakyat dan masa depan bangsa. Intinya kembali ke fondasi tersebut dengan mengembalikan tanggungjawab pendidikan kepada negara.
Dalam hal menghasilkan generasi berkarakter, kurikulum pendidikan sudah menjadi hukum wajib menekankan semangat kebangsaan, kejujuran, kepedulian sosial, dan kemandirian. Itu semua bisa berjalan lancar jika pihak-pihak yang terkait dalam pendidikan adalah orang-orang berkarakter juga yang menjadi teladan bagi generasi bangsa
0 komentar: