Apatisme Rakyat dan Politik Uang Dalam Pemilukada

Apatisme Rakyat dan Politik Uang Dalam Pemilukada : ada enam Kabupaten Kota di Provinsi lampung yang tengah mempersiapkan pesta demokrasi. Kini proses dan atau tahapan di KPUD sudah berjalan dan para kandidat sudah berikrar untuk melaksanakan Pemilukada damai.

Suka tidak suka tapi ini Harus diakui bahwa kenyataan di lapangan ada beberapa pergeseran penting dalam pandangan masyarakat terhadap proses-proses politik yang sesungguhnya sangat terbuka bagi mereka. Katakanlah fragmatisme yang semakin meningkat sejalan dengan belum membaiknya kesejahteraan masyarakat.

Demikian pula adanya apatisme yang tumbuh mengiringi krisis kepercayaan terhadap perilaku politik elite yang akhir-akhir ini banyak dinodai berbagai bentuk penyimpangan dan penyalahgunaan kekuasaan. Hal yang demikian, harus diakui tentu bukan kondisi yang ideal bagi terciptanya kehidupan politik dan demokrasi.


Indikasi tumbuhnya fragmatisme dan apatisme politik di masyarakat adalah menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap partai politik itu sendiri. Paling tidak itu dapat dilihat dari semakin menurunnya tingkat partisipasi politik masyarakat.

Oleh karena itu, tidak mengherankan kalau masyarakat dalam mencari figur pemimpin baru, masih saja terjebak pada kecenderungan yang serba instan. Hal ini ditandai atau dibuktikan dengan perilaku fragmatisme politik.

Dalam konteks itulah, maka benar bahwa ketergantungan terhadap negara semakin memudar. Ironisnya, memudarnya ketergantungan itu berubah menjadi hilangnya kepercayaan akibat degradasi kinerja dan moralitas politik yang ditunjukkan para elite.

Asumsi itu dapat dipahami bahwa beralihnya pilihan masyarakat pada tokoh populer yang tidak mempertimbangkan aspek kepemimpinan dan kepiawaian dalam politik, hanya menjadi dampak dari apatisme masyarakat terhadap proses-proses politik dan penyelenggaraan negara oleh para elite politik dan birokrasi. Maka tak heran, pemimpin yang muncul hanya menghadirkan figur yang tidak visioner (disorientasi).

Karena itu, mereka yang menjadi tokoh, baik di lingkungan pemerintah, organisasi sosial maupun politik, harus benar-benar membuktikan kontribusi nyatanya dalam pembangunan sektor-sektor penting dalam kehidupan sosial masyarakat.

Suka atau tidak suka, ancaman terbesar bagi perkembangan demokrasi adalah munculnya praktik politik uang. Akibatnya, pemimpin yang terpilih hanya akan melayani para pembayar dan mengorbankan kepentingan umum.

Di samping itu, praktik politik uang juga akan menghasilkan demokrasi semu yang mengkhianati kepercayaan publik dan merusak cita-cita demokrasi. Maka tidak heran kalau akhir-akhir ini bermunculan pemimpin yang tidak memenuhi kapasitas dan integritas.

Fakta ini, dipertegas dengan hadirnya figur artis di kancah pemilukada. Kalau kondisi ini terus dibiarkan, maka Indonesia hanya mampu melahirkan pemimpin yang tidak bermutu.

Demikian pula, krisis kepercayaan terhadap perilaku politik pemerintah yang akhir-akhir ini banyak dinodai berbagai bentuk penyimpangan dan penyalahgunaan kekuasaan. Hal yang demikian tentu tidak dalam kondisi yang ideal bagi terciptanya kehidupan politik yang demokratis.

Padahal, demokrasi tumbuh dan mewarnai sistem politik di negeri ini secara teknis, namun tidak memberi dampak balik berupa edukasi terhadap cara pandang dan perilaku politik dimasyarakat. Akhirnya, demokrasi hanya menjadi tren kekinian yang dalam praktiknya tidak sejalan dengan proses rasionalisasi dan pendewasaan politik, baik tingkat elite pemerintahan maupun masyarakat.

Oleh karena itu, di alam demokrasi Indonesia membangun institusi adalah merupakan langkah yang sangat penting. Sebab bagaimanapun, para pemimpin bisa datang dan pergi, tetapi sistem harus tetap eksis dan berjalan. Seperti kata Logeman, pemangku jabatan datang silih berganti, karena yang abadi hanya jabatan itu sendiri.
Referensi : http://metronews.fajar.co.id
tag, Hasil Penghitungan suara, quik count,pemilukada,bandar lampung,kabupaten pesawara, lampung selatan,kota bandar lampung, metro, kabupaten waykanan,lampung timur, lampung tengah,hasil penghitungan suara pemilukada kalimantan barat,medan,binjai,sumatra barat, kepri,bengkulu, palembang,blitar,ngawi,sleman,manado,sulawesi,jawa timur,surabaya,pacitan,Money Politic,

0 komentar: