Gelar Bangsawan Cut Tari Menodai Masyarakat Aceh
07.03
By
pakar lampung
budaya
0
komentar
Gelar Bangsawan Cut Tari Menodai Masyarakat Aceh : Selama dalam kurun waktu sebulan terakhir, masyarakat disuguhi dengan gencarnya pemberitaan di media cetak dan elektronik tentang kasus penyebaran video porno yang diduga mirip Ariel "Peterpan", Luna Maya, dan Cut Tari.Gencarnya pemberitaan tersebut bahkan sempat menenggelamkan beberapa kasus hukum yang sebelumnya ramai dibicarakan di media massa, seperti kasus Gayus, kasus Bibit Candra, serta pro-kontra dana aspirasi yang diajukan Partai Golkar di DPR. Bahkan menjadi top four pemberitaan di Majalah Time.
Di sekitar kita, hampir tidak ada lagi proteksi nilai yang menjadi filter dalam cara berpakaian kaum hawa. Tengok saja perempuan di sekitar Anda, entah di mall hingga perkampungan kumuh, pakaian yang semestinya digunakan dalam kamar pribadi justru dengan bangga dan tidak merasa risih digunakan di luar rumah.
Dari ketiga pemeran video tersebut, Cut Tari merupakan keturunan bangsawan Aceh. Bagi masyarakat Aceh, gelar Cut merupakan gelar bangsawan perempuan yang seharusnya menjadi panutan bagi masyarakat di daerahnya.
Namun, makna gelar bangsawan yang melekat pada nama Cut Tari telah tergerus dengan suguhan pakaian mini milik Cut Tari yang hampir setiap hari terlihat di layar kaca serta kasus video pornonya bersama Ariel. Krisis citra dan kehormatan bukan hanya dialami oleh ketiga artis tersebut, melainkan ditanggung pula akibatnya oleh pihak keluarga besar, rekan-rekan pelaku, serta bangsawan Aceh.
Pada era globalisasi ini, gelar bangsawan perlu kembali direvitalisasi sebagai garda terdepan dalam pencerminan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa. Pemilik gelar bangsawan berbeda dengan pemilik gelar akademik yang diperoleh dari perguruan tinggi.
Gelar bangsawan langsung disematkan kepada yang bersangkutan ketika ia diberi nama oleh orang tuanya yang bergelar bangsawan. Sedangkan gelar akademik diperoleh melalui serangkaian proses pendidikan yang cukup panjang dengan tempaan mental dan tumpukan tugas yang sungguh luar biasa.
Pemilik gelar bangsawan harus menjadi teladan dalam memproteksi derasnya arus budaya asing yang tidak sesuai dengan nilai-nilai sopan santun, baik dalam berpakaian, bersikap, dan bertingkah laku. Globalisasi ekonomi telah membawa dampak pada globalisasi budaya. Penetrasi budaya asing yang tidak sejalan dengan budaya dan karakter bangsa menjadi virus yang secara perlahan-lahan menghegemoni karakter anak bangsa.
Di sekitar kita, hampir tidak ada lagi proteksi nilai yang menjadi filter dalam cara berpakaian kaum hawa. Tengok saja perempuan di sekitar Anda, entah di mall hingga perkampungan kumuh, pakaian yang semestinya digunakan dalam kamar pribadi justru dengan bangga dan tidak merasa risih digunakan di luar rumah.
Dari ketiga pemeran video tersebut, Cut Tari merupakan keturunan bangsawan Aceh. Bagi masyarakat Aceh, gelar Cut merupakan gelar bangsawan perempuan yang seharusnya menjadi panutan bagi masyarakat di daerahnya.
Namun, makna gelar bangsawan yang melekat pada nama Cut Tari telah tergerus dengan suguhan pakaian mini milik Cut Tari yang hampir setiap hari terlihat di layar kaca serta kasus video pornonya bersama Ariel. Krisis citra dan kehormatan bukan hanya dialami oleh ketiga artis tersebut, melainkan ditanggung pula akibatnya oleh pihak keluarga besar, rekan-rekan pelaku, serta bangsawan Aceh.
Pada era globalisasi ini, gelar bangsawan perlu kembali direvitalisasi sebagai garda terdepan dalam pencerminan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa. Pemilik gelar bangsawan berbeda dengan pemilik gelar akademik yang diperoleh dari perguruan tinggi.
Gelar bangsawan langsung disematkan kepada yang bersangkutan ketika ia diberi nama oleh orang tuanya yang bergelar bangsawan. Sedangkan gelar akademik diperoleh melalui serangkaian proses pendidikan yang cukup panjang dengan tempaan mental dan tumpukan tugas yang sungguh luar biasa.
Pemilik gelar bangsawan harus menjadi teladan dalam memproteksi derasnya arus budaya asing yang tidak sesuai dengan nilai-nilai sopan santun, baik dalam berpakaian, bersikap, dan bertingkah laku. Globalisasi ekonomi telah membawa dampak pada globalisasi budaya. Penetrasi budaya asing yang tidak sejalan dengan budaya dan karakter bangsa menjadi virus yang secara perlahan-lahan menghegemoni karakter anak bangsa.
0 komentar: