Analisa Dampak Tenaga Kerja Indonesia terhadap Kebutuhan Ekonomi Masyarkat

Salah satu faktor dominan yang berpengaruh terhadap timbulnya kesulitan ini adalah krisis ekonomi. Krisis ekonomi merupakan akar masalah yang menyebabkan terjadinya masalah gizi di negara kita dan negara-negara berkembang lainnya. Ibarat pohon, krisis ekonomi ini diumpamakan sebagai akar yang mempengaruhi kekokohan dari pohon tersebut dan masalah gizi ini diibaratkan sebagai buahnya. Semakin dalam dan semakin luas akar ini masuk kedalam tanah semakin kokoh jugalah pohon tersebut berdiri dan semakin lebat pula buah yang dihasilkan yaitu gizi buruk.

Demikian juga kaitan krisis ekonomi dengan masalah gizi. Semakin dalam dan luas krisis ekonomi menjalar dalam suatu bangsa, semakin "kuatlah" masalah gizi ada dalam bangsa tersebut. Saat krisis ekonomi merajalela dalam suatu bangsa, maka yang terjadi adalah pengangguran yang tak terkendali. Pada bulan Agustus 2009, Tingkat Pengangguran Terbuka di Indonesia mencapai 7,84 persen dan sekitar 27,76 persen atau 29,11 juta penduduk Indonesia bekerja sebagai buruh (BPS, 2009).

Pengangguran mengakibatkan seseorang tidak mempunyai pekerjaan untuk mendapatkan uang. Padahal seseorang perlu mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Ketika dalam masyarakat masih banyak pengangguran dan pemerintah tidak sanggup memberikan pekerjaan bagi mereka, para pengangguran tersebut dengan pendapatan yang tidak memadai besar kemungkinan tidak akan memusingkan pikiran mereka dengan masalah gizi yang harus mereka penuhi.

Bagaimana kalau ini terjadi dalam keluarga? Yang jelas keluarga tersebut tidak akan mampu mencukupi kebutuhan gizi keluarganya terutama kebutuhan gizi ibu yang sedang hamil. Ketika kebutuhan gizi seorang ibu hamil tidak terpenuhi maka itu akan mempengaruhi kesehatan ibu dan janinnya. Bayi yang akan dilahirkannya kemugkinan besar akan terlahir dengan status BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah) yaitu berat bayi kurang dari 2500 gram. Nah saat bayi ini terlahir dengan kondisi tersebut, keluarganya yang dengan pendidikan dan ekonomi yang rendah, kemungkinan besar tidak mampu menaikkan status gizi anaknya tersebut.

Gizi kurang pada saat masih bayi menyebabkan kerusakan-kerusakan sel tubuh yang tidak dapat diperbaharui lagi ketika sudah dewasa terutama pertumbuhan sel-sel otak yang mempengaruhi kecerdasan anak tersebut. Penelitian membuktikan bahwa gizi kurang mengakibatkan IQ seorang anak akan berkurang 10-13 skor (Muray, 1994). Anak tersebut akan lahir sebagai salah satu generasi yang hilang atau lost generation. Ia tidak akan mampu untuk bersaing dengan yang lain. Diperparah lagi ketika keluarganya tidak mampu untuk membiayai pendidikannya.

Kalau kita mau jujur mau jadi apa kelak anak tersebut selain jadi budak atau kuli? Ini baru dalam satu keluarga ingat bahwa penduduk kita yang masih hidup dibawah garis kemiskinan sekitar 34,96 juta atau sekitar 15,42 persen (BPS Maret 2009). Pertanyaan selanjutnya mau jadi apa bangsa ini nanti? Apakah bangsa ini hanya akan menghasilkan generasi yang bodoh, tidak mampu bersaing dan hanya akan menjadi budak bagi bangsa lain?. Apakah kita harus berbangga diri ketika kita sebanyak-banyaknya mengekspor TKI ke negara-negara tetangga sebagai pembantu?

TKI, mereka sering disebut sebagai pahlawan devisa negara. Mungkin bagi kita itu memang benar tetapi bagaimana mereka menanggapinya? Apakah mereka secara tulus menerima gelar tersebut? Apakah siksaan yang dialami oleh sekian banyak TKI kita mereka anggap sebagai resiko yang harus ditanggung sebagai seorang pahlawan? Tidak, mereka hanyalah warga negara Indonesia yang tidak diterima di negaranya sendiri. Tidak ada yang mau memberikan penghidupan bagi mereka di sini, dinegaranya sendiri.

Mereka menyadari bahwa mereka tidak mempunyai kemampuan untuk bersaing. Tentu saja hal ini dipengaruhi salah satunya oleh asupan gizi yang mereka terima sejak masih berada dalam kandungan. Status gizi yang mereka terima semenjak masa kandungan menentukan masa depan mereka saat ini. Jadi nyatalah kiranya bahwa bangsa ini banyak menghasilkan generasi yang hilang (lost generation). Generasi yang hanya akan menjadi budak bagi bangsa lain

Untuk itu kita harus segera berbenah diri. Pemerintah sudah selayaknya segera memutar otak untuk memecahkan masalah ini. Jangan sampai bangsa ini dihina dan dilecehkan karena kebodohan kita. Jangan sampai bangsa ini dicap sebagai bangsa budak.

Search ; Makalah Analisa Dampak Tenaga Kerja Indonesia terhadap Kebutuhan Ekonomi Masyarkat, Makalah Kesehatan Gizi masyarakat terhadap Ekonomi, Analisa Pengaruh Pengangguran terhadap pertumban Gizi Masyarakat, sistem pertumbuhan Ekonomi Masyarakat di Liahat dari Sektor Tenaga Kerja

0 komentar: